DAFTAR ISI
|
|
Daftar isi
................................................................................
|
:
|
1
|
|
|
|
|
|
Bab
|
I
|
Pendahuluan
.........................................................................
|
:
|
2
|
|
|
|
|
|
Bab
|
II
|
Pengertian
Manajemen Konstruksi
|
|
|
|
|
II. 1 Definisi Manajemen
........................................................
|
:
|
3
|
|
|
II. 2 Unsur - unsur Manajemen
.............................................
|
:
|
4
|
|
|
II. 3 Sirklus dan Proses Manajemen ......................................
|
:
|
5
|
|
|
|
|
|
Bab
|
III
|
Manajemen
Konstruksi
|
|
|
|
|
III. 1 Fungsi Manajemen
........................................................
|
:
|
6
|
|
|
III. 2 Pengertian Manajemen Konstruksi ...............................
|
:
|
8
|
|
|
III. 3 Tujuan Manajemen Konstruksi .....................................
|
:
|
9
|
|
|
III. 4 Peranan Manajemen Konstruksi ...................................
|
:
|
10
|
|
|
III. 5 Unsur - unsur Manajemen
Konstruksi .........................
|
:
|
11
|
|
|
III. 6 Objek - objek Pengendalian
.........................................
|
:
|
12
|
|
|
III. 7 Konsep Manajemen Konstruksi .....................................
|
:
|
13
|
|
|
|
|
|
Bab
|
IV
|
Proyek
Konstruksi
|
|
|
|
|
IV. 1 Jenis Proyek Konstruksi
................................................
|
:
|
16
|
|
|
IV. 2 Tahapan Proyek Konstruksi
..........................................
|
:
|
17
|
|
|
IV. 3 Pihak – pihak yang terlibat dalam
|
|
|
|
|
Proyek
.............................................................................
|
:
|
21
|
|
|
|
|
|
Bab
|
V
|
Penutup ..................................................................................
|
:
|
22
|
|
|
|
|
|
|
|
Daftar
Pustaka
......................................................................
|
:
|
24
|
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Manajemen proyek kini menjadi
suatu keharusan, bukan lagi sekedar pilihan Pekerjaan-pekerjaan tertentu
akan lebih efisien dan efektif jika dikelola dalam kerangka proyek dan bukan diperlakukan
sebagai pekerjaan biasa maka diperlukan manajemen proyek yang benar
Contoh 1. Pembuatan Jalan Tol Cipularang yang menghubungkan
Jakarta – Bandung yang mempersingkat waktu tempuh kedua kota itu dilakukan
dengan menggunakan cara pengolaan pekerjaan yang berbeda dengan pengolaan
pekerjaan – pekerjaan reguler. Batasan waktu yang tersedia dan biaya yang dianggarkan
serta kualitas jalan merupakan hal – hal yang harus dipenuhi dalam penyelesaian
pekerjaan tersebut.
Contoh 2. Membangun kembali Provinsi Aceh dari kehancuran akibat
bencana alam tsunami, pemerintah menugaskan tim khusus dengan manajemen khusus
untuk melakukan kegiatan tersebut.
Contoh 3. Pembuatan suatu Coporate Plan yaitu rencana strategis
perusahaan untuk jangka 5 tahun kedepan. Perusahaan meminta sebuah konsultan
untuk membuatnya. Kepada konsultan diberikan batas waktu, biaya dan lingkup
pekerjaan tertentuyang harus diselesaikan.
Contoh 1 dan 2 merupakan proyek yang berhubungan dengan pekerjaan
konstruksi dan Contoh 3 bersifat pekerjaan jasa.
Pekerjaan yang besar diperlukan perencanaan dan pelaksanaan dengan
sungguh – sungguh dalam waktu tertentu. Pengelolaan proyek perlu cara khusus
agar menghasilkan output yang baik
BAB II
PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
II.1. Definisi Manajemen
Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokKan dalam 5M (manpower, material, mechines, money and method).
Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk merealisasikan pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajemen mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan – pekerjaan itu sendiri.
Manajemen memang mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi tersebut memberikan kenyataan bahwa manajemen berutama mengelola sumber daya manusia, bukan material atau finansial. We are managing human resources. Selain manajemen mencakup fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perancangan dan penugasan kelompok kerja), penyusun personalia (penarikan, seleksi, pengembangan pemberian kompensasi dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasai, kepemimpinan, integritas, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.
Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Seperti yang dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut :
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses bukan seni.
Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti
bahwa hal itu adalah kemampuan dan
keterampilan pribadi. Suatu proses adalah cara
sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses
karena semua manajer, tanpa memperdulikan keahlian atau keterampilan khusus
mereka. Harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
II.2 . Unsur-Unsur Manajemen
Komponen-komponen sistem yang berupa unsur atau subsistem terkait satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk sistem fungsi dan efektifitas sistem dalam usaha mencapai tujuannya tergantung dari ketepatan susunan rangkaian atau struktur terhadap tujuan yang telah ditentukan.
1. Bersifat Dinamis
Sistem menunjukan sifat yang dinamis, dengan prilaku tertentu. Prilaku sistem umumnya dapat diamati pada caranya mengkonversikan masukkan (input) menjadi hasil (output ).
2. Sistem Terpadu Lebih Besar Daripada Jumlah Komponen-komponennya
Bila elemen atau bagian tersebut
tersusun atau terorganisir secara benar, maka akan terjalin satu sistem terpadu
yang lebih besar dari pada jumlah bagiannya.
3. Mempunyai Arti yang Berbeda
Satu sistem yang sama mungkin dipandang atau diartikan berbeda, tergantung siapa yang mengamatinya dan untuk kepentingan apa.
4. Mempunyai Sasaran yang Jelas
Salah satu tanda keberadaan sistem adalah adanya tujuan atau sasaran yang jelas.
Umumnya identifikasi tujuan merupakan langkah awal untuk mengetahui perilaku suatu sistem dan bagiannya.
5. Mempunyai Keterbatasan
Disebabkan oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar berupa hambatan dari lingkungan, sedangkan faktor dari dalam adalah keterbatasan sumber daya.
II. 3 Siklus dan Proses Sistem dalam Manajemen
Aspek penting dari pendekatan sistem
terletak pada siklus sistem dan prosesnya, yaitu perubahan teratur yang
mengikuti pola dasar tertentu dan terjadi selama sistem masih aktif.
1. Penahapan Dalam Siklus Sistem
Proses mewujudkan sisrtem untuk keperluan operasi atau produksi sampai siklus sistem berhenti berfungsi dikelompokan menjadi beberapa tahap yang dibedakan atas jenis kegiatan yang dominan.
a. Siklus Sistem dan Siklus Biaya
Dalam rangka mewujudkan gagasan menjadi kenyataan
fisik, maka perlu penilaian
menyeluruh terhadapsistem yang bersangkutan. Yang dinilai adalah karakteristik sistem yang dijabarkan sebagai parameter, spesifikasi,dan kriteria terhadap biaya yang diperlikan.
menyeluruh terhadapsistem yang bersangkutan. Yang dinilai adalah karakteristik sistem yang dijabarkan sebagai parameter, spesifikasi,dan kriteria terhadap biaya yang diperlikan.
b. Siklus biaya (life cycle cost), mencakup semua
biaya yang diperlukan selama periode siklus sistem, yaitu dari penelitian dan
pengembangan, desain engineering, manufaktur dan kontruksi, sampai pada opersai
atau produksi atau utilisasi dan pemeliharaan.
Bab III
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Pengertian Manajemen adalah suatu
metode / teknik / proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui tindakan-tindakan, di antaranya
adalah :
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pelaksanaan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pelaksanaan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)
Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Pengertian Proyek Konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan / infrastruktur. Jadi, defenisi “Manajemen Proyek Konstruksi” adalah suatu cara / metode untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan / infrastruktur yang dibatasi oleh waktu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
III. 1 Fungsi Manajemen
Secara umum fungsi-fungsi yang dijalankan manajemen adalah merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), menempatkan orang (staffing), mengarahkan (directing) dan mengontrol (controlling).
1. Fungsi
perencanaan
Berupa tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data / informasi, asumsi
maupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang.
Bentuk tindakan tersebut antara lain :
a. Menetapkan tujuan dan sasaran usaha.
b. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
c. Menyumbangkan strategi dan prosedur operasi.
d. Menyiapkan pendanaan serta standard kualitas yang diharapkan.
Berupa tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data / informasi, asumsi
maupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang.
Bentuk tindakan tersebut antara lain :
a. Menetapkan tujuan dan sasaran usaha.
b. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
c. Menyumbangkan strategi dan prosedur operasi.
d. Menyiapkan pendanaan serta standard kualitas yang diharapkan.
Manfaat dari fungsi perencanaan di
atas adalah sebagai alat pengawas maupun pengendali kegiatan, atau pedoman
pelaksana kegiatan, serta sarana untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang
diperlukan.
2. Fungsi organisasi
Berupa tindakan-tindakan guna mempersatukan kumpulan kegiatan manusia, yang
mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan. Tindakan berupa antara lain :
a. Menetapkan daftar penugasan.
b. Menyusun lingkup kegiatan.
c. Menyusun struktur kegiatan.
Menyusun daftar personil organisasi berikut lingkup
tugasnya.
Manfaat dari fungsi organisasi adalah merupakan pedoman pelakasanaan fungsi, dimana pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi kewenangan terlihat jelas.
Manfaat dari fungsi organisasi adalah merupakan pedoman pelakasanaan fungsi, dimana pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi kewenangan terlihat jelas.
3. Fungsi pelaksanaan
Berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam kegiatan
pelaksanaan, serta agar seluruh anggota organisasi dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. Tindakan tersebut antara lain :
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan.
b. Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
c. Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi.
b. Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
c. Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi.
Manfaat dari
fungsi pelaksanaan ini adalah terciptakannya keseimbangan tugas, hak dan kewajiban
masing-masing bagian dalam organisasi, dan mendorong tercapainya efisiensi serta
kebersamaan dalam bekerjasama untuk tujuan bersama.
4. Penempatan
Orang (Staffing)
Fungsi ini
menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-orang yang tepat di
dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah didisain lebih awal dalam organisasi.
Lebih jauh
lagi fungsi ini meliputi hal-hal seperti pengembangan sumber daya manusia,
proses penilaian dan promosi, pelatihan. Salah satu aspek penting dari fungsi
ini adalah mengidentifikasi orang-orang di dalam organisasi yang berpotensial
untuk dikembangkan sebagai manajer. Good
managers develop managers.
5. Mengarahkan
(Directing)
Fungsi ini
biasa juga disebut supervisi. Ini
menyangkut pembinaan motivasi dan pemberian bimbingan kepada bawahan untuk
mencapai tujuan utama. Secara umum bisa dikatakan bahwa pekerja-pekerja akan
berprestasi lebih baik pada pekerjaan di mana mereka persis tahu apa yang
diharapkan dari mereka. Lebih jauh lagi, para pekerja tersebut akan lebih
menghargai pekerjaannya kalau mereka bisa melihat bagaimana kaitan perkerjaan
mereka dengan gambar keseluruhan dari organisasi. Mengerjakan sesuatu hanya
karena atasan menyuruh demikian biasanya tidak bisa menghasilkan secara
maksimal.
Salah satu
aspek penting dari fungsi ini adalah fungsi koordinasi, yang berarti penciptaan
suatu harmoni dari individu-individu yang berkerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan bersama. Kemampuan komunikasi menjadi kunci keberhasilan fungsi ini.
6. Mengontrol
(Controlling)
Fungsi ini
dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan secara pasti. Ada banyak alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektiv.
Proses kontrol pada
dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa atas
deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menentukan
langkah-langkah yang perlu untuk mengoreksi.
III. 2 Pengertian Manajemen Konstruksi
Yang
dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian
proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentunk
bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan pokok
yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang
melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan
sebagainya.
Manajemen
proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,
pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan
menggunkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan
proyek secara optimal. Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi,
biaya dan waktu. manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih
ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan
sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu
proyek.
Manajemen
konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
1.
Sebagai Quality Control untuk
menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
2.
Mengantisipasi terjadinya perubahan
kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya
waktupelaksanaan
3.
Memantau prestasi dan kemajuan
proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian,
mingguan dan bulanan
4.
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan
pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan
5.
Fungsi manajerial dari manajemen
merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa dilapangan
III. 3 Tujuan Manajemen Konstruksi
Tujuan
Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur
pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai
dengan persyaratan (Spesification)
untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu
bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian
hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan
mutu (Quality Control) , pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan
waktu pelaksanaan (Time Control).
Penerapan
konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun
dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek
tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai
berikut
1.
Manajemen Konstruksi dilaksanakan
pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini
mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan
dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi,
yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan,
perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
2.
Tim MK sudah berperan sejak awal
disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek
dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap disain.
3.
Tim MK akan memberikan masukan dan
atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila
manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
4.
MK berfungsi sebagai koordinator
pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan,
apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan
menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.
III. 4 Peranan
Manajemen Konstruksi
Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
a. Agency Construction
Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak
pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface)
antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK
dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu
penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan
ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket
pekerjaan yang telah disiapkan.
b. Extended Service
Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak
kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi
"konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses perancangan
tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan
menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan
melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/
KONTRAKTOR.
c. Owner Construction
Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional
yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan
d. Guaranted Maximum Price
Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil
pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi
bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam
Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai
pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
III. 5 Unsur-Unsur
Manajemen Proyek (Konstruksi)
Unsur-unsur
manajemen merupakan sumber daya yang berpengaruh terhadap berfungsinya
manajemen di dalam mencapai tujuannya.
Unsur-unsur
manajemen yang utama biasa dinyatakan dalam 6 (enam) M, yaitu :
1. Men (manusia)
2. Material (bahan-bahan/material)
3. Machines (mesin-mesin/peralatan)
4. Money
(uang)
5. Methods
(metode/cara/teknologi)
6. Market
(pasar)
Untuk
mencapai tujuan manajemen proyek, seorang manajer harus dapat menggunakan dan
memanfaatkan unsur-unsur manajemen tersebut (sebagai sumber daya) secara
efisien dan efektif sehingga dapat dicapai tujuan yang telah ditentukan secara
optimal.
III.
6 Obyek – obyek Pengendalian
Tahap
pelaksanaan proyek ( tahap konstruksi ) adalah tahap dimana dilaksanakan
kegiatan – kegiatan atau pekerjaan – pekerjaan guna mewujudkan suatu bangunan
konstruksi yang dimaksud. Secara konsepsi, sebelum kegiatan / pelaksanaan
proyek tersebut dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan perencanaan. Didalam
perencanaan inilah ditetapkan berbagai hal, seperti sumber daya yang diperlukan
( input ) dan hasil yang dicapai ( output ) dengan maksud antara lain agar
terdapat pedoman yang jelas dan dapat diikuti pada pelaksanaan nanti. Setelah
perencanaan maka dilakukan proses pelaksanaan pekerjaan dan selanjutnya
dilakukan kegiatan analisa terhadap kinerja dengan maksud agar pelaksanaan
dengan hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Sasaran
dari pelaksanaan proyek adalah proyek yang akan dilaksanakan atau diselesaikan
dapat tepat waktu, tepat biaya dan sesuai dengan mutu yang direncanakan. Hal ini juga berarti bahwa sasaran kinerja pekerjaan
antara lain adalah sebagai berikut ini :
a. Pekerjaan
rampung pada waktunya
b.
Pekerjaan
rampung dengan biaya yang memadai
c.
Pekerjaan
rampung dengan mutu yang sesuai
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka hal ini juga
berarti bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan obyek kinerja suatu
proyek atau pekerjaan, baik input – inputnya maupun hasil keluarannya (output).
Sejalan dengan hal tersebut diatas dan sebagaimana maksud dari penulisan ini,
maka biaya dan waktu merupakan obyek – obyek dari kinerja itu sendiri.
1. Pengendalian
Waktu
Yang dimaksud
dengan waktu dalam penyelenggaraan proyek adalah lamanya kegiatan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mulai dari awal sampai akhir
pekerjaan. Pengendalian waktu ditujukan agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat
berlangsung seperti yang direncanakan. Keterlambatan akan merupakan kerugian
baik bagi pemilik proyek maupun bagi kontraktor. Bagi pemilik proyek
keterlambatan berarti mundurnya waktu pemanfaatan bangunan sedangkan bagi
kontraktor akan berakibat bertambah nya biaya tidak langsung yang diperlukan untuk
menyelesaikan konstruksi.
2.Pengendalian
Biaya
Yang dimaksud
dengan biaya pelaksanaan proyek adalah biaya yang dipergunakan atau uang yang
dikeluarkan untuk melaksanakan pekerjaan dalam proyek tersebut. Analisa Kinerja
Biaya berfungsi untuk mengukur dan membandingkan biaya yang sebenarnya terjadi
dengan biaya standarnya sehingga penyimpangan dapat di deteksi secara dini.
Untuk mengetahui adanya penyimpangan secara dini, maka perbandingan antara
biaya actual dengan biaya standarnya haruslah dilakukan secara periodic dalam
jangka waktu yang tidak cukup lama sehingga dapat diambil tindakan koreksi
untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi.
III. 7 Konsep Manajemen Konstruksi
Pengertian
manajemen sangat luas, yang biasanya dibatasi dengan kata yang ada dibelakang
kata manajemen tersebut, yang merupakan/menunjukkan orientasi atau kekhususan
dari manajemen tersebut, seperti manajemen organisasi, manajemen keuangan,
manajemen personalia, manajemen perusahaan, manajemen industri, manamjemen
proyek, manajemen konstruksi, dan sebagainya.
Pengertian
manajemen secara umum adalah bagaimana menerapkan fungsi-fungsi manajemen
(Planning, Organizing, Actuting dan Controlling), secara sistematis dengan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan yang khas (organisasi, perusahaan, proyek dan lain-lain) secara
optimal. Dengan demikian pengertian manajemen proyek adalah penerapan
fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) secara
sistematis pada suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Pengertian
proyek di sini adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu .
Sedangkan konsep manajemen proyek (konstruksi) pada awalnya dikembangkan dari
pelaksanaan proyek oleh kontraktor (tahap pelaksanaan). Kontraktor merencanakan
(planning) waktu pelaksanaan, waktu pemesanan dan pemasukan material dan alat,
jumlah dan kualifikasi tenaga kerja, metode/teknik pelaksanaan dan sebagainya,
yang merupakan penerapan fungsi planning (perencanaan pelaksanaan) dari sumber
daya yang ada secara efektif dan efisien.
Kemudian
melaksanakan jenis-jenis pekerjaan proyek sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, dengan selalu diadakan pengarahan, monitoring, pengawasan,
pengendalian, evaluasi dan koreksi terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil
pelaksanaan dan hasil-hasil pelaksanaan, sehingga akan diperoleh hasil
pelaksanaan proyek yang optimal.
Manajemen
proyek (konstruksi) secara luas diterapkan pada seluruh tahapan proyek, mulai
dari tahapan perencanaan, perancangan, pengadaan dan pelaksanaan, sehingga
untuk menerapkannya akan lebih rumit dan komplek, karena sumber daya yang ada
berlainan dan bervariasi dan mempunyai tujuan-tujuan antara, sesuai dengan
tahapan proyeknya.
Pada
manajemen proyek dalam pengertian di atas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan
beraneka ragam, mulai dari perencanaan program, survey, penelitian, study
kelayakan, perancangan, pengadaan/lelaang sampai pelaksanaan, sehingga akan
melibatkan berbagai ahli dan pihak, (surveyor, perencana/arsitek, ahli geologi,
konstruktor, kontraktor dan sebagainya), yang merupakan suatu tim yang saling
berkaitan dan berhubungan, sehingga memerlukan pengelolaan (manajemen) yang
professional (terpadu) sehingga dengan pendekatan konsep ini dibutuhkan seorang
manajer manajemen yang akan mengelola proyek tersebut mulai dari perencaanaan,
perancangan, lelang/tender sampai pelaksanaannya.
Dengan
konsep ini dapat dilakukan perencanaan secara bersamaan dengan beberapa
perencanaan, begitu juga pada tahap pelaksanaan dapat dilakukan pelaksanaan
dengan lebih dari satu kontraktor atau pelaksanaan secara bertahap (fast track)
tanpa harus menunggu dahulu perencanaan selesai secara keseluruhan (keuntungan
waktu proyek lebih singkat).
Dengan
konsep ini peran manajer manajemen sangat besar dalam menentukan keberhasilan
proyek dari segi waktu, biaya, mutu keamanan dan kenyamanan yang optimal,
sehingga dapat berkembang perusahaan yang bergerak dibidang manajemen ini, yang
akan mengelola proyek-proyek yang diingini oleh owner/pemilik secara
professional dan optimal.
Konsep
manajemen ini terus berkembang dan dikenal dengan konsep “Manajemen Konstruksi”
(“Construction Management”).
Secara
umum pengertian Manajemen Konstruksi adalah suatu metode/system atau proses
pengelolaan proyek (“konstruksi”) pada seluruh tahap proyek (“perencanaan,
perancangan, lelang/tender dan pelaksanaan”) secara terpadu, sitematis dan
efisien untuk mencapai tujuan dari proyek secara optimal.
Manajemen
Konstruksi dapat dilihat dari beberapa aspek/pendekatan, yaitu :
1.
Manajemen Konstruksi
sebagai suatu system atau metode/pendekatan, di sini pengelolaan proyek
didasarkan pada system metoda MK, mulai dari perencanaan, perancangan maupun
pengadaan/lelang dan pelaksanaannya, sehingga diperoleh perencanaan/perancangan
dan pelaksanaan proyek yang optimal.
2.
Manajemen konstruksi
sebagai suatu proses atau prosedur
Untuk
proyek-proyek yang menerapkan system manajemen konstruksi maka proses dan
prosedur untuk mendapatkan, melaksanakan dan mengelola proyek harus sesuai
dengan sistem tersebut, Yaitu mulai dari perencanaan, perancangan, pengadaan
dan pelaksanaan
ditentukan
oleh tim manajemen konsturksi bersama pemilik (‘Owner”) Proses da prosedur
perencanaan/perancangan untuk konsultan perencana ditentukan oleh tim MK,
sehingga didapatkan perencanaan/perancangan yang optimal.
Pengadaan/lelang
ditentukan oleh MK bersama owner sehingga diperoleh konsultan dan kontraktor
yang dapat dipertanggung jawabkan.Dan proses/prosedur pelaksanaan oleh
kontraktor ditentukan oleh MK, sehingga didapat hasil pelaksanaan yang optimal
dari segi waktu, mutu dan biaya.
3.
Manajemen konstruksi
sebagai profesi
Dengan berkembangnya
system manajemen konstruksi dalam pengelolaan proyek dan proses/prosedur
mengelola/mendapatkan proyek, maka akan timbul dan berkembang perusahaan yang
bergerak di bidang jasa manajemen konstruksi, sehingga berdiri perusahaan
konsultan MK.
Konsep
Manajemen Konstruksi menuntut adanya dapur professional yang mengolah
keputusan-keputusan yang akan diambil oleh proyek dan konsep ini juga menuntut
suatu pengelolaan proyek secara teknis operasional yang akan melengkapi
pengelolaan strategis yang berada di tangan pemilik (owner).
Manajemen
konstruksi dilaksanakan oleh tim professional, yang bersama-sama dengan pemilik
merupakan satu kesatuan dalam pengelolaan proyek secara terpadu. Secara diagram
pengelolaan proyek dengan konsep MK dapat digambarkan sebagai berikut :
|
|||
Gambar 5 Diagram pengelolaan proyek dengan konsep MK
Bab IV
PROYEK
KONSTRUKSI
IV.
1 Jenis Proyek Konstruksi
Proyek
konstruksi berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia dan
kemajuan teknologi. Bidang – bidang kehidupan manusia yang makin beragam
menuntut industri jasa konstruksi, membangun proyek – proyek konstruksi yang
sesuai dengan keragaman bidang tersebut. Proyek konstruksi untuk bangunan
pebrik tentu berbeda dengan bangunan gedung atau sekolah. Proyek konstruksi
bendungan, terowongan, jalan, jembatan, dan proyek teknik sipil lainnya
membutuhkan spesifikasi, keahlian dan teknologi tertentu, yang tentu berbeda dengan proyek perumahan/pemukiman
(Real Estate).
Memang agak sulit mengategorikan
jenis-jenis proyek dalam kategori/jenis yang rinci dan tegas. Namun secara umum
klasifikasi/jenis proyek konstruksi dapat di bagi menjadi:
1.
Proyek konstruksi bangunan
gedung (“building Construction”)
Proyek konstruksi
bangunan gedung mencakup bangunan gedung perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah
sakit, rumah tinggal dsb.
Dari segi biaya dan
teknologi, terdiri dari bersakala rendah, menengah dan tinggi. Biasanya
perencanaan untuk proyek bangunan gedung lebih lengkap dan detail.
Untuk proyek-proyek
pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung dibawah pengawasan/pegelolaan
Pekerjaan Umum sub Dinas Cipta Karya.
2.
Proyek bangunan
perumahan/pemukiman (“Residential Contruction/Real Estate”)
Disini P:royek
pembangunan perumahan/pemukiman (real estate) dibedakan dengan proyek bangunan
gedung, yang didasarkan pada tahap pembangunannya secara serempak, dengan
penyediaan prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan perencanaan infra
struktur dari perumahan tersebut (jaringan transportasi, jaringan air, dan
fasilitas lainnya).
Proyek pembangunan
pemukiman ini dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah mewah, dan rumah
susun.
Di Indonesia pengawasan
di bawah sub dinas Cipta Karya dan Dirjen perumahan.
3.
Proyek konstruksi
teknik sipil/proyek konstruksi rekayasa berat (“Heavy Engineeringn
Construction”).
Umumnya
proyek yang masuk jenis ini biasanya proyek industri yang membutuhkan
spesifikasi dan persyaratan khusus, seperti untuk kilang minyak, industri
berat/industri dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya.
Perencanaan
dan pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian/teknologi yang spesifik.
IV. 2 Tahapan Proyek
Konstruksi
Secara
garis besar tahapan proyek kontruksi sama dengan tahapan managemen proyek yang dapat
dibagi menjadi:
1) tahap
perencanaan (planning)
2) tahap
perancangan (design)
3) tahap
pengadaan/pelelangan/tender
4) tahap
pelaksanaan (construction)
masing
– masing tahap proyek di atas di bagi
dalam beberapa kegiatan yang
lebih detail sebagaimana pembahasan pada halaman sebelumnya.
1
Tahap Perencanaan (Planning)
Semua proyek
konsruksi biasanya dimulai dari gagasan atau rencana dan dibangun berdasarkan
kebutuhan (need). Pihak yang terlibat adalah pemilik.
Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal
meliputi :
a. Menentukan
tujuan.
Tujuan
dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang akan
dilakukan.
b. Menentukan
sasaran.
Sasaran
adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan
yang lelah ditetapkan sebelumnya.
c. Mengkaji
posisi awal terhadap tujuan.
Untuk
mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan kajian terhadap
posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
d. Memilih
alternatif.
Selalu
tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan
dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu
kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu
dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak.
e. Menyusun
rangkaian langkah untuk mencapai tujuan
Proses ini
terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan setelah
memperhatikan berbagai batasan.
Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian
proses yang dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan
disusun dan selanjutnya dilakukan penjadwalan.
2 Tahap
Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Pada tahap
ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang
diusulkan
layak untuk dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat
estimasi biaya
b. Meramalkan manfaat yang akan diperoleh
c. Menyusun
analisis kelayakan proyek
d. Menganalisis
dampak lingkungan yang akan terjadi
Pihak yang terlibat adalah konsultan
studi kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi
(MK).
3
Tahap Penjelasan (Briefing)
Pada tahap
ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan sehingga
konsultan perencana dapat dengan tepat menafsirkan keinginan pemilik. Kegiatan
yang dilaksanakan :
a. Menyusun
rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli
b. Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan
lapangan, merencanakan
rancangan,
taksiran biaya, persyaratan mutu.
c. Menyiapkan ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana
pelaksanaan
d. Membuat sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat
menggambarkan denah dan batas
batas
proyek. Pihak yang terlibat adalah pemilik dan Konsultan Perencana.
4
Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap
ini adalah melakukan perancangan (design)
yang lebih mendetail sesuai dengan keinginan dari pemilik. Seperti membuat
Gambar rencana, spesifikasi, rencana anggaran biaya (RAB), metoda pelaksanaan,
dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Mengembangkan ikthisiar proyek menjadi penyelesaian
akhir
b. Memeriksa masalah teknis.
c. Meminta persetujuan akhir dari pemilik proyek
d. Mempersiapkan:
Rancangan
terinci, Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal, serta daftar kuantitas taksiran
biaya akhir.
Pihak yang
terlibat adalah konsultan perencana, konsultan MK, konsultan rekayasa nilai dan
atau konsultan quantitiy surveyor.
5
Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender)
Pada tahap
ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan proyek
konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub kontraktornya Kegiatan yang
dilaksanakan :
a. Prakulaifikasi
b. Dokumen Kontrak
Pihak yang
terlibat adalah pemilik, pelaksana jasa konstruksi (kontraktor), konsultan MK.
6
Tahap Pelaksanaan (Construction)
Tujuan pada
tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang
sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah
disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua
oprasional di lapangan :
a. Kegiatan
perencanaan dan pengendalian adalah:
ü
Perencanaan dan pengendalian Jadwal
waktu pelaksanaan
ü
Organisasi lapangan
ü
Tenaga kerja
ü
Peralatan dan material
b. Kegiatan Koordinasi
ü
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pembangunan
ü
Mengkoordinasi para sub kontraktor
Pihak yang
terlibat adalah Konsultan Pengawas dan atau Konsultan MK, kontraktor, Sub
Kontraktor, suplier dan instansi terkait.
7
Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance
& Start Up)
Tujuan pada
tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah sesuai dengan dokumen kontrak
dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Kegiatan yang dilakukan
adalah :
a. Mempersiapkan
data-data pelaksanaan, baik berupa data-data selama pelaksanaan maupun
gambar
pelaksanaan (as build drawing)
b. Meneliti
bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan- kerusakan
c. Mempersiapkan
petunjuk oprasional/pelaksanaan serta pedoman pemeliharaan.
d. Melatih
staff untuk melaksanakan pemeliharaan
Pihak yang
terlibat adalah Konsultan Pengawas/ MK, pemakai, pemilik.
IV. 3 Pihak – pihak yang terlibat dalam proyek.
Pihak
– pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek (unsur – unsur) penyelenggaraan
proyek) antara lain:
1. Pemberi
Tugas/Pemilik (owner) yaitu orang atau badan yang memerintahkan/memberikan
pekerjaan proyek kepada pihak lain (konsultan/kontraktor)
2. Pemimpin
Proyek/bagian proyek atau yang dikenal pejabat pembuat komitmen (PPK) yaitu :
orang yang ditunjuk oleh pemilik untuk memimpin dan bertindak sebagai pemilik
di dalam pengelolaan/penyelenggaraan proyek
3. Konsultan
atau dalam undang-undang jasa konstruksi disebut penyedia jasa dalam bidang
konsultansi yaitu:
a) Konsultan
Perencana yaitu usaha/orang yang ditunjuk oleh pemilik/pemberi tugas untuk
membuat perenanaan/perancangan lengkap tentang proyek yang diinginkan, sampai menjadi
dokumen pelelangan yang akan diimplementasikan dalam pelaksanaan
b) Konsultan
Pengawas yaitu usaha/orang yang ditunjuk oleh pemilik/pemberi tugas untuk
melaksanakan pengawasan/pengendalian
pelaksanaan proyek (tahap construction) agar sesuai dengan perencanaannya.
Pengawasan ini mencakup:
-
Mutu
-
Waktu
-
Biaya
4. Kontraktor
atau dalam undang-undang jasa konstruksi disebut penyedia jasa dalam bidang pemborongan/pelaksanan
konstruksi yaitu:
usaha/orang
yang ditunjuk/disetujui oleh pemilik/pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan
fisik proyek setelah melalui tender, pemilihan, atau penunjukan, dalam
merealisasikannya harus sesuai gambar rencana, spesifikasi, dan syarat-syarat
yang telah ditentukan dalam kontrak kemudian menyerahkan kepada pemilik.
5. Pihak
– pihak yang terlibat secara tidak langsung pada proyek.yaitu:
Suplier
(pemesok), badan/lembaga yang memberi izin (PLN, Depnaker, DPU, dsb), lembaga
keuangan dll.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
Beberapa
pengertian managemen menurut para ahli antara lain: sebagai ilmu dan seni (Management is a Science and Art), system
dan proses (Management as a System, Process) juga manajemen sebagai suatu fungsi dan kelompok/kumpulan orang (Management as a Function a Group of People), serta
manajemen
adalah sebagai profesi (Management as a
Profession) ini sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen dan industri
yang memerlukan jasa pengetahuan dan seni manajemen,
Fungsi
utama manajemen konstruksi adalah:
Melaksanakan berbagai metodologi managemen secara optimal sesuai dengan tujuan
dan kebutuhan proyek antara lain waktu, mutu, dan biaya serta bertindak mewakili
pemilik proyek sebagai tim profesional dalam batas lingkup MK yang telah
disepakati
Proyek adalah kegiatan
sekali lewat, dengan waktu dan sumber daya yang terbatas untuk mencapai hasil
akhir yang telah ditentukan, dalam mencapai hasil akhir kegiatan proyek
dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu, yang dikenal dengan tiga kendala (triple constrain), sedangkan kegiatan
proyek dibedakan dari kegiatan operasional antara lain karena sifatnya yang
dinamis, non rutin, multi kegiatan dengan intensitas yang berubah-ubah, dan
memiliki siklus yang pendek.
Sasaran
dari manajemen proyek sendiri yaitu mencapai pengendalian yang tepat dari suatu
proyek untuk menjamin agar
penyelesaiannya dapat sesuai dengan jadwal dalam batas anggaran dan kualitas yang ditetapkan. Sasaran dari
manajemen proyek adalah adanya tanggungjawab tunggal yang terintegrasi ditangan
Manager Proyek, serta adanya perencanaan dan pengendalian yang terintegrasi
dari semua kegiatan unit-unit fungsional selama proses siklus kehidupan proyek,
sedangkan kegiatan-kegiatan dalam Manajemen proyek dilakukan beraneka ragam, mulai dari
perencanaan program, survey, penelitian, study kelayakan, perancangan,
pengadaan/lelaang sampai pelaksanaan, sehingga akan melibatkan berbagai ahli
dan pihak, (surveyor, perencana/arsitek, ahli geologi, konstruktor, kontraktor
dan sebagainya)
Pengertian
Manajemen Konstruksi adalah suatu metode/system atau proses pengelolaan proyek
(“konstruksi”) pada seluruh tahap proyek (“perencanaan, perancangan,
lelang/tender dan pelaksanaan”) secara terpadu, sitematis dan efisien untuk
mencapai tujuan dari proyek secara optimal.
Tahapan proyek
kontruksi sama dengan tahapan managemen proyek yang dapat dibagi menjadi: tahap
perencanaan (planning), perancangan (design), pengadaan/pelelangan/tender,
pelaksanaan (construction) dan pengendalian
Pengendalian adalah
proses/usaha yang sistematis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan
perencanaan, sistem informasi, umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangannya, serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan
efisien.
Pihak
– pihak yang terlibat langsung dalam proyek adalah : Pemberi Tugas/Pemilik (owner),
Pemimpin Proyek/bagian proyek atau yang
dikenal pejabat pembuat komitmen (PPK), Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas,
Kontraktor, Sedangkan pihak – pihak yang terlibat secara tidak langsung pada
proyek.yaitu: Suplier (pemesok), badan/lembaga yang memberi izin (PLN,
Depnaker, DPU, dsb), lembaga keuangan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA